http://catatanpurnamamadinah.blogspot.com/2013/05/workshop-bareng-tere-liye.html
Bismillahirrohmanirrohim,
Beberapa hari lalu, aku tak sengaja terlihat sebuah baliho besar di pintu masuk gerbang utama Universitas Negeri Yogyakarta, sepulang dari belajar tahsin.
Aku bilang ke suami, “ Aa, itu ada workshop bareng tere liye, ikutan yuk”. “Hayuk” jawab suamiku.
Keesokan harinya, kamipun segera meluncur ke auditorium UNY yang gedungnya tidak jauh dari gerbang utama. Ketika akan masuk ke dalam tempat workshop, kami diharuskan mengisi daftar hadir.
“Mas, bawa bukunya tere liye?”
“Emang mesti ya”
“Nggak juga mas, siapa tau mas mau bukunya di tanda tangani oleh tere liye”
“Oh gtu”
"Nggak mas, saya gak bawa"
"Oh ya gpp, silahkan isi daftar hadir dulu"
Suamiku kemudian menuliskan namanya di daftar hadir.Tak lama aku pun menyusul untuk absensi.
“ada tiketnya mas?, kami lihat dulu”
Suamiku sedikit terkejut, “harus ada tiket ya?”
Aku dibelakang senyum-senyum sendiri sembari bergumam dalam hati, “lha piye tho, katanya gratis” :D
“Kalo beli tiketnya disini bisa mas?”
“wah maaf mas, tiketnya udah habis, tapi kalo mas mau masuk juga bisa, Cuma tidak ada tempat duduk aja.”
“Oh gtu, ya udah gpp”
Akhirnya kamipun masuk. Di dalam auditorium ini banyak sekali stand-stand kreasi anak bangsa. Pameran yang disuguhkan bermacam-macam mulai dari batik, tas anyaman, dan lain-lain. Sebagian besar mereka adalah mahasiswa/ mahasiswi UNY. Acara workshop menulis ini merupakan rangkaian acara dalam rangka Dies Natalis UNY ke 49.
Ruangan masih belum begitu ramai, dan stand-stand ada yang baru buka. Kami datang jam 09.05 wib. Untung saja di depan panggung, walaupun jaraknya jauh, ada tempat yang lumayan untuk kami duduk. “yang penting ilmunya”.
Tepat di depan panggung sudah disediakan bangku-bangku buat para peserta workshop yang punya tiket. Tak lama acara pun dimulai. Ada dua mc yang memandu acara, satu cowo dan satu lagi cewe. Mereka tak ingin berpanjang kata, segera memanggil moderator yang akan memandu workshop bersama tere liye, dipanggilah nama mas Haris Fadhilah. Dia yang akan menjadi moderator selama workshop berlangsung.
Tongkat pembicaraan sudah diberikan mc kepada moderator. Kini giliran moderator beraksi, ia hanya memperkenalkan dirinya tanpa mau dijelaskan cv nya serta menjelaskan singkat bahwa Tere liye ini berasal dari kota Palembang. Kota nya tidak jauh dari kotaku, Bangka Belitung.
Aku melihat aba-aba dari panitia lain, menandakan sang penulis telah hadir. Maka dipanggillah nama Tere Liye. Sejurus kemudian, keluarlah seorang laki-laki berkulit putih dari bilik pintu cokelat di atas panggung, mengenakan kaos berwarna putih, bercelana jeans abu-abu, bersal abu-abu dan memakai topi rajut berwarna abu-abu sembari menenteng tas berwarna hitam.
Aku yang duduk lumayan jauh dari panggung acara, sedikit kaget, “Hah, ini yang namanya tere liye? Masa sih? Kok gaul amat ya”. Suamiku yang berada di sampingku, senyum-senyum sendiri mendengar aku berkata seperti itu.
Wuiiiiih, ini toh tere liye itu. Aku baru kali pertama melihatnya, biasanya aku melihat foto dan tulisan-tulisannya di page FB beliau, “Darwis Tere Liye”.
Mas Haris menjelaskan, waktu satu setengah jam akan kita lalui bersama tere liye.
Tidak banyak basa-basi, mic pun segera beralih ke pembicara utama, TERE LIYE.
Kalau ditanya kapan saya mulai menulis, jawabannya ketika saya usia 6 tahun dan ketika di umur 9-10 tahun saya sudah mulai menulis naskah puisi di majalah bobo. Saya menulis nyaris selama hampir 25 tahun. Saya ini bukan penulis, saya seorang akuntan, saya menulis karena memang saya suka menulis. Penulis lahir karena dia suka menulis.
Tere Liye membuka materi dengan pengalamannya. Kemudian lanjut ke materi inti yang dibuka dengan sebuah pertanyaan mendasar, kenapa kita menulis? Jawaban intinya, karena menulis = menyebar kebaikan.
Lanjut ke beberapa tips-tips menulis yang baik:
1 1.Problem: Menemukan Ide
Apakah menemukan ide memang sesulit itu?
Tere liye lalu mengajak para peserta untuk menuliskan satu paragraph tentang kata HITAM. Mulailah para peserta workshop menulis (termasuk aku). Ketika sudah selesai, tere liye membacakan beberapa tulisan dari para peserta workshop.
Setelah dibacakan, lanjut tere liye berucap, “penulis yang baik selalu punya sudut pandang yang spesial”. Adalah BOHONG jika kita kehabisan ide tulisan. JANGAN PERNAH PERCAYA. HANYA saja penulis yang baik selalu punya ‘sudut pandang spesial’ Coba sekarang tuliskan satu paragraph tentang kata MULUT. Maka kamipun segera menuliskannya.
2. Menulis membutuhkan amunisi.
Tere Liye kembali mengajak kami untuk menuliskan satu paragraph saja dengan kata MUSTERKANOV. Setelah selesai, ada beberapa yang dibacakan. Bermacam-macam. Intinya pada ngawur semua. Hehe.. ^_^
Dari contoh di atas, tere liye bilang, bahwa menulis membutuhkan Amunisi. Kita tidak akan pernah tau apa itu MUSTERKANOV apabila amunisi kita kurang. Amunisi disini dimaksudkan bahwa penulis harus banyak membaca, mencari bahan, dan riset.
Bagaimana kita mengisi GELAS kosong, kalau TEKO-nya kosong?
Penulis yang baik selalu pandai membaca, mengamati, mencatat, mengumpulkan, me-rekonstruksi, tuliskan.
3. Apa itu tulisan yang buruk dan yang bagus?
Bagi tere liye, tidak ada tulisan yang bagus dan tidak bagus. Yang ada adalah tulisan yang relevan dan tidak relevan dengan dengan orang lain (minimal dengan diri kita sendiri). Jangan pernah merasa minder atau malu.
4.Gaya bahasa adalah kebiasaan. Kalimat pertama adalah pekerjaan mudah dan menyelesaikan lebih gampang lagi. PERCAYALAH!
Ketika kalian bingung untuk menyelesaikan suatu tulisan, maka tulis aja TAMAT! :D
5. Camkan hal ini, Mulailah dari tulisan kecil, pendek tapi bertenaga, sederhana tapi bermanfaat.
Menulis status di FB juga termasuk kegiatan tulis menulis :D
6. Mood jelek adalah anugerah. Selalu mood jelek, ada yang bermasalah
----
-Selesai -
Ringkas banget catatanku ya? ya gpp ya, yang penting beberapa point penting sudah tercatatkan! Sekarang, Ayo Menulis!!!
*Catatanku, 9 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar