JILBABKU UNTUK
INDONESIAKU
Sabtu,
14 September 2013.
Bertempat
di Fakultas Kedokteran UNDIP, diselenggarakan event IHSD yang menghadirkan
artis muslimah Meyda Safira
dan Bunda Darosy Endah.
Keikutsertaanku dalam acara ini, bermula saat aku melihat banner super gedhe
yang dipajang di depan Masjid Kampus UNDIP. Mas Sis bilang, “Dik, keren tuh
acaranya! Bisa nitip stand Beauty Jannaty juga ada Bunda Darosy, lho! Beliau
itu ibu dari Ilham Bersaudara.”
Dengan
polosnya, aku bertanya, “Siapa tuh Ilham Bersaudara?” Mas Sis menjelaskan kalau
Ilham itu dulu finalis Pildacil (aku baru ngeh dan baru inget, kalau aku dulu ngefans
dengan sosok Ilham saat ajang Pildacil). Setelah ngontak panitia dan
berkoordinasi akhirnya Beauty Jannaty bisa terdisplay dengan sangat cantik pada
event tersebut.
Sabtu
pagi, aku dan Mas Sis ke FK dulu pasang standing banner dan nitip buku BJ dan
TSOS. Lanjut Mas Sis nganter aku buat ngajat ekstakurikuler jurnalistik di SDIT
Bina Insani. Jam 10.00 setelah ekstra selesai, aku bergegas ke FK untuk
mengikuti acara tersebut. Alhamdulillah, acara baru saja dimulai.
Sesi
pertama diisi oleh Meyda Safira. Sosok muslimah yang cantik dengan segudang
potensi dan prestasi. Meyda berpesan, ridho orang tua = ridho Allah. Meyda juga
bercerita keikutsertaannya dalam casting film KCB. Banyak ‘hal ajaib’ yang itu
semua adalah skenario terindah dari Allah SWT. Banyak kasus terjadi di lokasi
syuting terkait interaksi dengan lawan jenis, tapi Meyda berusaha untuk menjaga
dirinya. Salah satu contohnya, tidak mau bersalaman dengan laki-laki yang bukan
muhrimnya. “Kalau kita punya prinsip yang baik, Insya Allah lingkungan yang
sulit pun lama-kelamaan akan mendukung…” kata Meyda menjelaskan.
Terkait
keistiqomahan dalam menjaga hijab, Meyda Safira membagi tipsnya. Cekidot!
1. Niat yang kuat karena Allah.
2.
Belajar
dengan lingkungan yang mendukung.
3. Rangkullah
teman-teman yang baru saja berhijab. Dengan begitu, bisa saling menguatkan.
4.
Cari
lingkungan yang kondusif.
(aku menangkap
kalimat yang keren, “kalau ada liqo’-liqo’ gitu, ikut…”)
5. Semangat untuk tholabul ‘ilmy.
Sesi
kedua disampaikan oleh Bunda Darosy Endah. Sungguh, aku langsung terpikat
dengan gaya public speaking-nya yang
langsung menyedot 100% perhatian dan konsentrasiku. Aku amati gerak-gerik dan
segala tutur kata beliau. Wow bangeeet! Apalagi saat membaca puisi dan Bunda
sempat mengajak peserta melantunkan penggalan lagu “Jangan Menyerah” nya The
Massiv. Bener-bener bikin gue terpana!
Bunda
Darosy menyampaikan bahasan “JILBAB IS
MY LIFE STYLE”
Berjilbab
merupakan perintah Allah dan dasarnya sudah jelas-jelas tercantum di dalam
kitab suci Al-Qur’an (QS. An-Nuur : 31
dan QS. Al-Ahzab : 59). Aktivitas apapun kalau dasarnya perintah, pasti akan
ada godaan maupun ujian tetapi Allah tidak akan ingkar dengan janji-Nya. Allah
SWT pasti akan memberi kemudahan-kemudahan, asalkan kita berlapang dada untuk
menikmati proses dengan terus-menerus, sungguh-sungguh, dan menyempurnakan.
Hidup
itu terbagi dua :
1. Harapan (pada akhirat)
2. Takut (merasa diawasi Allah)
Segala
aktivitas kita orientasinya harus ridho Ilahi dan bukan ridho diri.
Menurut
manusia baik, belum tentu menurut Allah juga baik. Ah, semua kalimat yang
disampaikan Bunda Darosy berbobot dan mak jleb semuaaa…
Bunda
Darosy sempat bercerita. Kalau beberapa waktu lalu, beliau jatuh dari tangga
lantai dua di Fakultas Psikologi UNDIP (beliau dosen psikologi). Cerita sebelumnya, Bunda menerima hibah penelitian bersama temannya
dan Bunda bilang ke temannya tersebut kalau beberapa waktu ke depan akan fokus untuk
penelitian dan mengurangi waktunya berdakwah (ceramah). Saat Bunda mau pulang
ke rumah, sambil menenteng tas laptop, saat jalan menuruni tangga ke lantai
satu, tiba-tiba dari arah bawah, para mahasiswa baru berlari dengan cepat ke lantai
dua. Mereka masih menjalani OSPEK dan waktu itu disuruh berganti pakaian batik
oleh para seniornya dalam batas waktu tertentu. Bunda tertabrak dan jatuh. Kaki
Bunda keseleo. Seketika, Bunda langsung evaluasi diri. Ya, dakwah itu tidak
mengenal kata “istirahat”. Karena justru amanah berdakwah itulah yang menjaga
diri kita. Tips dari Bunda : DUITS : Doa-Usaha-Ikhlas-Tawakkal-Syukur.
Oh
ya, Bunda juga menayangkan video perjalanan dakwah Bunda bersama Ilham
Bersaudara. Aaargh, gue kagak kedeeep! Dalam hati berdoa, “aku ingin mendidik
anak-anak hingga kelak bisa seperti mereka.” Aamiin…
Karena
ibu itu pendidik pertama dan utama. Bunda telah melahirkan empat orang permata
yang sangat istimewa (Ilham, Taufiq, Fira, dan Kintan). Nah, agar anak-anak
tumbuh dengan prestasi kokoh (yang penuh dengan harapan akhirat), Bunda selalu
membiasakan “mengawali kehidupan dengan
menghidupkan Al-Qur’an” sejak mereka kecil dan melakukan komunikasi dua
arah. Bunda justru menciptakan anak-anak yang kritis dan bukan anak yang
penurut. Catat ya, KRITIS!
Kata
Bunda, dapat tips dari Ilham nih, PACARAN! (lho, pacaran kan nggak boleh?) tapi
ini beda!
PACARAN = [P]elajari [A]l-Qur’an
[C]intai [A]llah dan [R]asul-Nya, [A]mar Ma’ruf [N]ahi Munkar. Hehe,
Ilham ada-ada saja!
Selanjutnya,
ada sesi tanya jawab. Aku sempat mengajukan pertanyaan kepada Meyda dan Bunda.
Setelah itu, ada sesi foto bersama. Aku bergegas keluar, mengambil dua buku
Beauty Jannaty, coret-coret pesan dan tanda tangan lanjut maju ikutan foto.
Setelah foto, saat bersalaman. Aku sampaikan ke Meyda dan Bunda, kalau Beauty
Jannaty adalah karya terbaruku dan bilang, “semoga bermanfaat”. Bunda malah
menarik tanganku, kemudian berkata, “Setelah selesai acara, ketemu Bunda dulu
ya, Dik!” Meyda tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Hihi. So sweet moment…
Saat
kedua pembicara ke ruang transit, aku turut serta. Kesampaian deh ngobrol lebih
dekat dengan Meyda Safira dan Bunda Darosy. Ngomong-ngomong soal Meyda, aku
jadi teringat dengan karya korti Bio’06 (Sutikno) “Ketika Bio’06 Bertasbih”. Aku berperan sebagai sosok Husna Ambarwati. Tahu, kan? Peran Husna
dibawakan oleh Meyda. Sosok muslimah sekaligus penulis buku best seller. Dan
hari itu aku bertemu langsung. Husna Ambarwati bertemu Husna asli. Hihi. Meyda
cerita kalau dia juga tengah merampungkan satu naskah buku yang Desember 2013
nanti launching (Hujan Safir, judulnya).
Dari
pertemuan dengan Bunda Darosy, ada satu amanah yang tiba-tiba tersandang di
pundakku. Aku harus membantu beliau nulis. Wow, amanah yang nggak main-main.
Beliau sempat bilang kalau sudah banyak (ada sekitar 10-an) orang yang mengajak
Bunda untuk membagi kisah perjuangan hidupnya (hingga putra-putrinya dua kali
memecahkan Rekor MURI dan 5x diundang dalam acara kepresidenan RI), tapi
orang-orang itu (ada penulis, wartawan, mahasiswa, dll) hanya semangat di awal
saja, tidak pernah ada kelanjutannya. Hmm, bismillah… semoga bisa menjadi ladang
dakwah.
***
September
2013-Desember 2013
Alhamdulillah,
dari aksi spontanitasku memberikan hadiah BEAUTY JANNATY kepada Bunda Darosy,
atas izin Allah, 22 Desember 2013 ini lahirlah sebuah buku yang ditulis dengan
penuh cinta : CAHAYA CINTA IBUNDA.
Dan sudah ada beberapa jadwal di beberapa kota untuk membedah buku ini.
Subhanallah, sungguh luar biasa skenario Allah SWT. Semuanya telah tertulis
dengan sangat rapi dan indah di Lauh Mahfuz. Semoga lahirnya CCI bisa
memberikan pencerahan dan kebarokahan buat semua. Dengan semangat : “DARI KELUARGA, DENGAN CINTA, UNTUK
INDONESIA” Allahu Akbar!!!
[Keisya Avicenna, 16
Safar 1434 H]
KCB (asli)
KCB (aspal) hehe...
Bersama Meyda Safira, ibunya Meyda, Bunda Darosy Endah, dan panitia UNDIP
Cahaya Cinta Ibunda (CCI)
0 komentar:
Posting Komentar