Maka
nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Hari Ahad full semangat!
Ba’da Subuh, kembali ngecek semua
perkap yang harus dibawa (eh, emangnya mau kemane lu, Nung?) hihi. Hari ini
mendapatkan undangan untuk mengisi acara di Pekalongan. Tepatnya, ada training
jurnalistik yang diadakan oleh LPM Al-Mizan, STAIN Pekalongan. Dari TOR yang
dikasih panitia, aku musti ngemeng-ngemeng soal cerpen, motivasi kepenulisan,
dll. Slide ppt sudah ready sejak jauh-jauh hari. So, aku rasa persiapan dah OK!
Camilan di tas juga dah siap. Apalagi kemarin sempat nemu permen Kino dengan
gambar kartun kesayanganku, Doraemon. Hakdies!
Jam 05.00 Mas Sis mengantarkanku ke
Stasiun Poncol. Perjalanan pagi yang istimewa. Mas Sis melepas kepergianku
sampai depan pintu batas pengantar. Suami tercinta nggak bisa ikutan karena ada
agenda di Gunung Pati. Ya sudah deh, mbolang sendiri. Yang penting dah
ngantongin restu dan do’a dari suami. Alhamdulillah,
segera menuju gerbong 5 (gerbong paling buntut). Cari kursi 2A. Nyaman juga ya,
KA. Kaligung Mas. Ini pengalaman pertama ke Pekalongan dengan kereta. Uhuy… Jam
05:55, ular besi yang kunaiki pun berangkat. Bismillahi majreha wa mursaha…
“Kulayangkan
pandangku melalui kaca jendela. Dari tempatku bersandar, seiring lantun kereta.
Membawaku menikmati tempat-tempat yang indah…”
(konser sama Padi dulu)
Seru banget pas lihat laut. Hihi.
Berasa pengin njebur. Kalau sesuai jadwal sih, jam 7.30 udah sampai. Tapi, di
daerah Weleri ada perbaikan rel. Jadinya, jalan kereta agak lambat dan sering
berhenti. Enjoy aja lah!
Ada seorang ibu yang ngajak ngobrol.
Beliau bilang, “tak kira mbak masih SMA, lho! Ternyata sudah nikah!” Hah,
benar-benar muka gue nih muka imut-imut. Mbatin : “Ibu orang kesekian lhoh,
yang bilang kayak gitu…” *krukupankresek
Jam 08.00 sampai juga di Stasiun
Pekalongan. Adik-adik dari STAIN sudah menanti di pintu keluar. Saatnya menuju
lokasi. Lumayan jauh juga ternyata. Kita sempat beli sate kambing di alun-alun
kota. Nyummy banget rasanya!
Sekitar jam 09.30, aku mulai beraksi.
Senang rasanya berbagi inspirasi dan motivasi berdasarkan pengalaman pribadi.
Beberapa materi yang aku sampaikan berasal dari ilmu-ilmu keren Casofa Fachmy
saat menjadi guruku menulis di Pelangi. Thanks, Bro!
Hampir 2 jam aksiku, adik-adik
menerima tantangan keren dariku dan kita akhiri foto bersama, sebuah akhir yang
super seru.
Lagi-lagi, aku harus melukis rona
bahagia di hati. Melihat keceriaan mereka dan antusiasme mereka yang luar
biasa.
Pas moment itu ada kesempatan narsis
dikit dengan karya terbaru. Ya, Beauty Jannaty bisa jadi salah satu bukti.
Inilah salah satu hasil dari si pejuang mimpi. Karya itu lahir dengan semangat
membara bahwa mimpi besar itu harus diperjuangkan agar bisa menjejak nyata
hingga bermanfaat bagi sesama. Kata Casofa Fachmy, “Kita harus melegenda!”
Untuk apa melegenda? Perlukah itu? Tidak. Kita tidak perlu. Tapi generasi setelah kita yang memerlukannya. Mereka butuh inspirasi, dan inspirasi, selalu lebih mengena dan mereka percayai jika datang dari generasi sebelum mereka. Dengan begitu, kita bukan hanya berbagi inspirasi, tapi kita juga menuai pahala, yang tak kenal henti.Jika kita tak melegenda, tentu mereka tak tahu kalau kita ada. Jika kita tak berkarya, tentu mereka tak bisa mengambil kita sebagai inspirasinya.Jika Imam Bukhari melegenda lewat Shahih-nya. Jika Ibnu Jarir melegenda lewat Tafsir-nya. Jika Ibnu Khaldun melegenda lewat Muqaddimah-nya. Jika Sayyid Quthb melegenda lewat Zhilal-nya. Jika Hasan Al-Banna melegenda lewat Majmu’ah Rasail-nya. Lalu, kamu melegenda lewat karya apa?Sama seperti saya. Kita-kita sama-sama belum punya. Tapi di sini, kita belajar dari pertanyaan itu. Tapi dari sini, adalah terminal keberangkatan atas sebuah penyadaran: suatu saat, kita harus bisa seperti mereka.[motivasi dari Casofa saat event Idealogi di Solo]
Acara selesai, di ruang transit masih
ada agenda foto-foto dengan panitia (Hadeuh, ternyata pada narsis juga! Eh, ada
seorang panitia yang wajahnya mirip banget sama Asmirandah, tapi berjilbab lho!
Suer…xixi)
Bareng-bareng, beberapa panitia
mengantarkanku ke stasiun. Mampir sholat dulu di sebuah masjid. Mereka
sebenarnya pengin ngajak aku ke masjid agung. Tapi, mengingat waktu, aku lebih
memilih langsung ke stasiun. Dan ternyata feeling-ku
benar. Terjadi kemacetan yang cukup panjang dan lama karena ada kecelakaan di
jalan Imam Bonjol.
Lima belas menit sebelum waktu
keberangkatan, akhirnya sampai juga. Berpisah dengan adik-adik yang luar biasa
dan aku pasti akan merindukan kalian semua. Terus semangat berkarya, ya! Agar
semesta semakin merasai manfaatnya!
Perjalanan pulang yang tak kalah
keren.
Sampai di Poncol sekitar jam 16.00.
Bergegas jalan ke pintu keluar sebelah barat. Celingukan, kok sosok yang dicari
nggak ada, ya? Langsung deh jalan ke area parkiran. Saat ribet cari hape di
tas, tiba-tiba ada tangan kekar yang melingkar di pundakku, dari arah belakang.
Hampir saja menangkis dan pasang kuda-kuda. Tapi setelah tahu siapa pelakunya,
langsung deh tersenyum dan menatapnya penuh cinta. Hihi. “Mas Siiiiis, ngagetin
ajaaa!” Sosok itu kebanjiran cubitan dan terus menggamit tanganku, mesra. Hihi…
*berasa dah lamaaa banget nggak jumpa. Padahal baru pisah beberapa jam saja.
Selanjutnya, menikmati perjalanan
pulang. Sempat mampir ndegan dan makan siomay sepiring berdua. Sesekali
bercerita kegiatan hari ini.
Akhirnya, sampai rumah juga. Sosok pangeran
itu sempat memijit kakiku dan menyiapkan air hangat untukku. Perhatian banget,
sih! Alhamdulillah… Setelah segar, saatnya makan malam. Hmm, gulai kepala ikan
siap disantap.
Bonus
Cinta di Hari Ini
Malam harinya, kami silaturahim ke
rumah Bunda Darosy. Meeting persiapan launching buku baru dan mimpi-mimpi kami
ke depan. Banyak karakter Bunda Darosy yang “gueee banget!”. Banyak karakter
Ayah Edy (suami Bunda) yang “Mas Sis banget!” hihi. Jadi, kalau lagi ngobrol
dan diskusi tuh kami berempat bisa klop banget!
Jadi ingat, di proposal nikahnya Mas
Sis tertulis,
“…untuk itulah sebenarnya saya
selama bertahun-tahun belajar tentang business development, property,
investasi, keuangan, system development, networking, dan bisnis-bisnis
pemberdayaan. Ujungnya adalah 3 menara ini. Proyek ‘MERCUSUAR SURGA 3 MENARA’
adalah proyek yang terintegrasi dan saling berkaitan. Semuanya, akan berdiri
dengan kokoh, jika ketiganya ada. Ibarat sebuah kursi, 3 Menara + 1 Mercusuar,
adalah kaki-kakinya. Sebuah kursi tidak akan berdiri kokoh, jika ke-4 kakinya
tidak kokoh pula. Pertanyaannya, 1 MERCUSUAR itu apa? Yang satu ini, khusus
ISTRI SAYA NANTI yang tahu. CALON ISTRI, mohon maaf, belum boleh tahu.”
Hihi… ya, saat ini adalah masa-masa
merealisasikan ‘proposal cinta’ itu. Semoga kita bisa saling melengkapi dan
melipatgandakan setiap potensi, saling bersinergi dan berkontribusi untuk
mempersiapkan bekal menjemput kehidupan abadi.
Malam yang indah dan perjalanan pulang
yang romantis
[Keisya Avicenna, 24
November 2013]
0 komentar:
Posting Komentar