Assalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh.
Alhamdulillah, puji
syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
karunia, serta nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Tak lupa shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita, Rasulullah saw.
Kepada dewan juri yang
saya hormati, kepada bapak-ibu guru yang saya banggakan, serta teman-teman yang
saya cintai, saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah
diberikan kepada saya.
Pada kesempatan ini
saya ingin menyampaikan suatu hal yang saat ini sedang ramai dibicarakan oleh
banyak orang. Sebuah kata yang tidak asing lagi di telinga kita : KORUPSI! Dalam
pidato ini, saya ingin menularkan semangat saya kepada semuanya dengan sebuah
slogan : “SAY NO TO KORUPSI! SAY YES TO
PRESTASI!”
Kita semua tahu, saat ini Indonesia sedang ‘sakit’.
Indonesia belum merdeka seutuhnya. Korupsi merajalela, baik dari kalangan
pejabat sampai rakyat jelata dan bahkan tanpa kita sadari, korupsi pun sering
terjadi di lingkungan sekolah kita.
Para hadirin yang saya
hormati, ini gambar apa? (sambil menunjukkan gambar tikus sebagai lambang koruptor).
Pertanyaannya sekarang,
mengapa koruptor atau orang yang melakukan korupsi itu dilambangkan dengan
seekor tikus? Ada yang tahu?
Nah, tikus dan koruptor
itu memiliki beberapa persamaan, diantaranya :
1. Suka
mencuri, mengambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa izin terlebih dahulu.
2. Sulit
ditangkap. Mereka sangat gesit dan pintar bersembunyi.
3. Hidup
membaur di masyarakat.
4. Bermuka
‘menjijikkan’.
5. Pantas
dihukum seberat-beratnya.
Sekarang, kita cermati
praktek-praktek korupsi di lingkungan sekolah. Bisa jadi, tanpa kita sadari,
kita sering melakukannya. Ada yang bisa menyebutkan contohnya?
1. Mencontek.
2. Berbohong
kepada guru.
3. Terlambat
datang ke sekolah (bentuk korupsi waktu).
4. Melanggar
aturan sekolah.
5. Menggelapkan
uang SPP atau uang pembayaran buku yang diberikan oleh orang tua, dll.
Nah, sikap-sikap yang
saya contohkan di atas sangat merugikan, bukan? Sikap yang dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain. Kita tidak akan menjadi anak yang berprestasi jika kita
memiliki sikap dan meniru kebiasaan seorang ‘koruptor’ tersebut.
Lalu, apa yang bisa
kita lakukan?
Budaya antikorupsi
sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah. Orang tua dan para guru harus memberikan
contoh dan teladan sikap-sikap antikorupsi. Pendidikan karakter antikorupsi
harus diterapkan, seperti sikap kejujuran, hidup sederhana, rasa tanggung
jawab, keberanian, sikap adil, peduli pada sesama, dan masih banyak lagi.
Sikap-sikap positif tersebut harus dilandasi dengan rasa iman yang kuat kepada
Allah SWT serta semangat untuk menjadikan Indonesia lebih baik. Semuanya
berawal dari diri sendiri dan lingkungan terdekat kita.
Para hadirin yang saya
hormati, khususnya kepada teman-teman yang sangat saya cintai. Mungkin banyak
dari kita yang tidak paham apa itu korupsi. Tetapi, kita harus terus belajar
menumbuhkan karakter dan semangat antikorupsi dalam diri kita. Marilah kita
menjadi generasi antikorupsi karena generasi antikorupsi adalah generasi yang
penuh dengan prestasi.
SAY
NO TO KORUPSI! SAY YES TO PRESTASI!
Para hadirin yang saya
hormati, sebelum saya akhiri pidato ini, marilah kita selalu berdo’a agar
negara kita tercinta Indonesia, menjadi negara yang bebas dari korupsi.
Indonesia menjadi negara yang masyarakatnya penuh dengan prestasi, menjadi
negara yang aman dan sejahtera.
Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan,
mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Semoga dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum
Warohmatullahi Wabarokatuh.
0 komentar:
Posting Komentar