by Dreamyhollic Santi on Sunday, June 19, 2011 at 8:00pm
(Memoar seorang Baby Halder)
“Aku akan memberimu pekerjaan menulis dan membaca. Apa kamu sudah membuat kemajuan? Akan lebih baik untukmu kalau fokus pada hal itu. Jadi waktumu akan terpakai lebih baik. Suatu hari, ini akan berguna. Kamu tidak perlu melakukan hal lain, yang penting adalah fokus dalam kegiatan menulis dan membacamu. Tak perlu demikian gegabah. Sementara ini biarkan semua seperti adanya. Kemudian, berpikirlah bagaimana tulisanmu menimbulkan kegembiraan pada teman-temanku yang sudah membacanya.” (Nasehat Dr. Praboth Kumar kepada Baby Halder)
Kisah hidup seorang Baby Halder memang bisa dibilang ‘tidak biasa’. Dan saya malah menyebutnya sangat luar biasa! Sedari kecil ia sudah ditinggalkan oleh ibunya, pergi tanpa pamit entah kemana karena frustasi dengan kelakuan ayahnya yang ringan tangan dan jarang pulang ke rumah. Dia harus menjalani hidup dengan ketiga saudaranya tanpa kasih sayang seorang ibu dan harus menerima perlakuan ayahnya yang kasar setiap hari. Kalau saya bilang, ayahnya ini memiliki kepribadian ganda. Sekali waktu ia bisa sangat sayang dan peduli, sekali waktu ia bisa marah-marah, memaki dan memukul anak-anaknya. Keadaan menjadi semakin buruk saat ayahnya harus menikah lagi, dan ibu tirinya juga memperlakukannya tidak jauh lebih baik. Dan yang lebih mengenaskan lagi, Baby dipaksa menikah ketika usianya baru 13 tahun dengan seseorang yang tidak jelas. Masa dimana seharusnya dia habiskan untuk bermain dan belajar. Tapi dia tidak bisa berkelit dari kungkungan tradisi yang melingkupinya. Masa remajanya terenggut begitu saja.
Penderitaan Baby mencapai puncaknya ketika ia memiliki anak tak berapa lama setelah ia menikah dan mendapati bahwa kelakuan suaminya ternyata tidak jauh berbeda dengan ayahnya. Ia kasar, tidak pedulian, suka memaki dan memukul. Tapi Baby berusaha tegar menjalani itu semua demi anaknya. Suaminya juga tidak memberi Baby dan anaknya nafkah yang layak. Hal itu terus berlanjut sampai Baby memiliki tiga orang anak. Dia bekerja kesana-kemari, apapun pekerjaan yang bisa ia lakukan, dari satu pintu rumah ke pintu rumah yang lain. Dia ingin tetap memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya, meskipun tanpa belas kasih suaminyanya sendiri, ayah dari anak-anaknya yang seharusnya itu menjadi tanggung jawabnya.
Ditengah penderitaan batin dan fisik yang dia alami, Baby masih mencoba bertahan dengan keadaan itu. Tapi yang namanya manusia biasa, pasti punya titik kesabaran maksimal ketika dihadapkan pada keadaan yang memprihatinkan secara terus-menerus. Iapun lelah dan sampai pada keputusan bahwa ia harus bisa keluar dari situasi buruk itu. Dalam keadaan gundah, ia bersama ketiga anaknya pergi begitu saja meninggalkan suami dan kampung halamannya menuju ibu kota (New Delhi) untuk mengadu nasib. Sebuah perjalanan yang sulit, mengingat Baby belum pernah bepergian jauh sebelumnya.
Ternyata penderitaan Baby belum berhenti sampai disitu. Di New Delhi, ia harus berjalan dari satu pintu rumah ke pintu rumah yang lain demi mendapatkan pekerjaan. Ketika ia sudah mendapatkan pekerjaan, kadang majikannya tidak memberikan gajinya. Belum lagi kalau majikannya berlaku kasar, membentak-bentak, memaki dan memukulnya. Tapi sekali lagi, Baby bisa bertahan dengan situasi sulit itu. Karena kerap mendapatkan perlakuan kasar seperti itu, maka Baby diam-diam berusaha mendapatkan pekerjaan di tempat lain.
Setelah beberapa lama bertahan pada situasi buruk itu, akhirnya garis nasib membawa Baby pada seorang majikan yang bernama Dr. Prabodh Kumar. Ia berbeda dengan majikan-majikan Baby sebelumnya. Ia baik hati, ramah dan memperbolehkan Baby dan ketiga anaknya untuk tinggal bersama di rumanhya. Bahkan anak-anak Baby juga diperbolehkan sekolah. Suatu hari, ketika sedang membersihkan rak buku majikannya, Baby tidak sengaja membaca beberapa diantaranya. Lama-lama, hal itu secara tidak sadar menjadi kebiasaannya. Sampai suatu ketika, kebiasaan itu diketahui oleh majikannya. Marahkah majikannya? Ternyata tidak! Justru ia mendorong Baby untuk terus membaca, meskipun Baby merasa malu karena kadang ia kesulitan membaca dan memahami beberapa kata atau istilah asing (Baby hanya sempat mengenyam pendidikan sekolah sampai kelas enam).
Suatu hari majikannya memberikan Baby buku tulis dan pena untuk menuliskan kisah hidupnya. Apapun boleh dituliskannya, sejak ia masih bisa mengingat. Begitulah hari-hari Baby selanjutnya, disela-sela mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ia menyempatkan membaca dan menulis walaupun sedikit. Sedikit-sedikit, lama-lama, akhirnya tulisan itu membentuk suatu rangkaian kisah kehidupan.
Majikannya kemudian mengirimkan tulisan tersebut kepada temannya yang seorang editor. Sambutan positif diterima atas tulisan-tulisan Baby yang sederhana dan menyentuh. Bahkan tulisan Baby dipuji menyerupai tulisan Anne Frank’s Diary. Anne Frank adalah seorang gadis jerman yang masih berusia 13 tahun saat ia menuliskan catatan hariannya. Ia mulai menulis dari bulan Juli tahun 1942 sampai Agustus 1944 di tempat persembunyian yang berada di bawah tanah. Catatan harian Anne Frank ini menjadi saksi bisu sejarah kesengsaraan kaum Yahudi atas keganasan Nazi di Jerman. Catatan harian itu telah diterbitkan dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa didunia, dan pernah menduduki posisi best seller.
Tulisan-tulisan Babypun dimuat di sebuah majalah di India, sebelum akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan seorang Baby sebelumnya, mengingat ia hanya seorang pembantu rumah tangga dan tidak pernah menamatkan sekolahnya. Buku dengan judul Asli ‘Aalo Aandhari’ yang berarti ‘Dari Gelap Kepada Terang’ itupun menduduki posisi best seller di India dan sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. And finally.. she’s not an ordinary people!
Perjalanan hidup seorang Baby Halder menyadarkan kita bahwa Allah telah menyiapkan rencana yang indah untuk kita, tergantung bagaimana kita menjemputnya. Apakah kita mudah menyerah pada nasib atau pantang menyerah, menjalani setiap kemungkinan dan kesempatan yang ada demi masa depan yang lebih baik? Ah, seharusnya kita lebih bersyukur, setidaknya kita memiliki kesempatan belajar yang lebih dan tidak berada dibawah tekanan. Tapi, apakah dengan kesempatan yang lebih itu, kita mampu mencontohnya? Kadang.. kesuksesan yang luar biasa itu akan diawali dengan kesulitan yang luar biasa pula! Semangat membaca dan menulis!!! :)
Sekelumit 'a Life Less Ordinary'
20 Juni 2011
Diposting oleh
KEISYA AVICENNA
di
Senin, Juni 20, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar