Renungan untuk Ikhwan dan Akhwat yang Ber-ta'aruf (di Dunia Maya)

30 Oktober 2010

“Ukhti, aku tertarik ta’aruf dengan anti.” Itulah kalimat yang sering diadukan oleh para akhwat yang penulis kenal. Dalam satu minggu, bisa ada dua tawaran ta’aruf dari ikhwan dunia maya. Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si ikhwan tertarik pada akhwat melalui penilaian komentar akhwat.



Banyaknya jejaring sosial di dunia maya, seperti Facebook, Twitter, Yahoo Messenger, dan lain-lain, menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Begitu lembut dan halusnya jebakan iblis di dunia maya, tanpa disadari mudah menggelincirkan diri manusia ke jurang kebinasaan.



Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan sebenarnya. Seorang bergelar ikhwan memajang profil islami, tetapi serampangan memaknai ta’aruf. Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, langsung berani mengungkapkan kata “ta’aruf” tanpa perantara.



Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara sempit, pelajari dulu serangkaian tatacara ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. Jika menggunakan kata ta’aruf sebagai dalih untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam telah memberi konsep yang jelas dalam tatacara ta’aruf.



Suatu ketika, ada sebuah cerita di salah satu situs jejaring sosial, pasangan akhwat-ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan untuk menjaga perasaan masing-masing, digantilah status mereka berdua sebagai pasutri. Sungguh memiriskan hati. Pernah juga ada kisah ikhwan-akhwat yang saling mengumbar kegenitan di dunia maya. Berikut ini petikan obrolannya.



“Assalamu’alaikum, Ukhti,” sapa si ikhwan.



“Wa’alaikumsalam, Akhi,” balas si akhwat.



“Subhanallah, Ukhti, ana kagum dengan kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti Khaulah binti Azwar, bla bla bla bla…,” puji ikhwan tersebut.



Apakah berakhir sampai di sini? Oh no…. Rupanya, yang ditemui ini juga akhwat genit, berlanjutlah obrolan tersebut, si ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah punya calon, lantas si akhwat menjawab, “Alangkah beruntungnya akhwat yang mendapatkan Akhi kelak.”



Si ikhwan pun tidak mau kalah, balas memuji akhwat, “Subhanallah, sangat beruntung ikhwan yang mendapatkan bidadari dunia seperti anti.”



Owh, mengerikan, ber-lebay-lebay di dunia maya, syaithan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan pernikahan.



Dengan bangganya si ikhwan menaburkan janji-janji manis, akan mengajak akhwat hidup di planet Mars, mengunjungi benua-benua di dunia, hingga larutlah keduanya dalam janji-janji lebay.



Ikhwan-nya membabi buta, akhwat-nya terpedaya. Na’udzubillah. Bukan begitu ta’aruf yang Rasulullah ajarkan.



Wahai Ikhwan, Jangan Permainkan Ta’aruf!

Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik, yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’aruf-mu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tetapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam.



Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan, bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudari seimanmu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekadar main-main.



Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam. Biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.



Wahai ikhwan, ini sekadar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolok ukur ke-shalih-an mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah, yang membantumu mencari data dan informasinya.



Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang kau miliki tidak menjadikan kau mulia jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.



Duhai Akhwat, Jaga Hijab-mu!

Agar tidak runtuh kewibaanmu, jagalah hijab-mu! Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan ta’aruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan meredahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri.



Duhai akhwat, terkadang, kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka (ikhwan), apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadap mereka?



Duhai akhwat, sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya (pun di dunia nyata) tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya. Waspadalah! Karena kau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya.



Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada di dirimu menjadi simpanan manis untuk suamimu kelak.



Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah. [Yulianna PS/voa-islam.com]



Sumber: http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/10/10/10760/renungan-buat-ikhwanakhwat-yang-bertaaruf-di-dunia-maya/

0 komentar: