PR Pak Langit (tentang aku dan “Rahasia Langit”…^^v)

01 Juli 2011

N: “Sedari kemarin aku amati, kenapa roman mukamu mendung sekali, kawan?

A: “Aku rindu cinta pertamaku.”

N: “Hah…aku gak salah dengar, nih? Cowok dingin, cuek abiz, introvert kayak kamu juga bisa ngrasain jatuh cinta?”

A: “Aku juga manusia biasa, bro! Tapi ini bukan masalah jatuh cinta yang bisa bikin hati patah bahkan hancur berkeping-keping. Akhir-akhir ini ada yang begitu bergemuruh dalam dadaku. Aku merindukan rasa rindu ini. Kerinduan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Kerinduanku pada sosok berhati malaikat yang menjelma manusia yang belum pernah aku temui sampai detik ini.”

N: “Aaargh, gak biasanya kamu jadi melankolis kayak gini, kawan!”

A: “Hm…aku serius nih! Aku rindu tatapan mata yang teduh, sebening embun pagi yang menyejukkan. Aku iri padamu, bro! Kamu masih bisa merasakan belaian lembut dan kasih sayang seorang Ibu. Aku selalu iri saat menatap anak-anak kecil yang digandeng tangannya oleh Ibu-Ibu mereka dan saling tertawa penuh keceriaan. Kebahagiaan mereka begitu lengkap sedangkan aku tak pernah sekalipun mengecap manisnya cinta dari sosok manusia luar biasa bernama Ibu. Aku tak pernah mengenal sosoknya sejak tangis pertamaku memecah keheningan malam itu.”

N: “Ooo…, Ibu. Ah, kamu jadi ngingetin aku dengan kejadian tadi pagi di rumah. Karena kurang nafsu makan atau lebih tepatnya lagi kurang mood, aku gak ngabisin sarapanku. Padahal aku pun tahu, sehabis Subuh tadi Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kami sekeluarga. Sekilas aku sempat menangkap raut kecewa dari wajahnya meskipun beliau berhasil menutupi kekecewaan itu dengan senyuman. Sebuah senyum paling melegakan sepanjang hidupku.”

A: “Bro, kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Tapi dialah perempuan yang telah rela menggadaikan jiwanya demi memperjuangkan hidup sang buah hati yang dikandungnya. Ibu adalah anugerah terindah dari Allah Swt untuk kita. Meski aku harus menelan kesedihanku dalam-dalam karena Allah Swt jauh lebih sayang sama Ibu sebelum sempat aku merasakan dekapan hangatnya.”

N: “Kata-katamu sungguh menyadarkanku, kawan. Aku sekarang benar-benar ngrasa bersalah. Aku gak bisa menghargai hasil kerja keras Ibu meski dalam hal kecil dan sederhana sekalipun. Oh Ibu, maafkan anakmu ini!”

A: “Ah, rasanya kita semua pernah mengalami jatuh cinta. Dan cinta pertama itu terhatur pada seseorang yang selalu berada di samping kita dalam suka maupun duka, tempat curahan hati dan segala keluh kesah. Bersyukurlah karena kesempatan itu masih ada buatmy. Dan Ibu-lah cinta pertamaku. Meskipun aku tak pernah menatap senyumannya tapi aku selalu yakin cintaku selalu berbalas tanpa aku harus meminta. Ibu sudah bahagia di surga-Nya.”

N: “Iya, kawan. Ingin rasanya sekarang menghambur ke pelukan Ibu dan mengucap terima kasih sebanyak yang aku bisa. Ternyata kerinduanmu menjadi pencerahan hatiku hari ini.”

A: “Bro, sebentar lagi aku akan menikah. Aku berharap, pilihan calon pendamping hidupku adalah pilihan yang tepat. Semoga ia menjelma selayaknya Ibu yang mampu menjadi pelabuhan cinta bagi anak-anaknya. Doakan aku, ya!”

***

Ckikikik…Nungma tuh paling “low-bat” kalau disuruh bikin dialog. Bikin cerpen aja belum ada satupun yang sampai tamat (masih nggantung di tali jemuran semuaaa)…mohon dimaklumi, yah! Tapi Nung akan belajar dengan sungguh-sungguh! Ya, sungguh-sungguh!!! Kita semua sedang berproses. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dan bagi yang sudah bisa semoga bisa sampai ke level “ahli”. ‘n Nung diajarin pluz dibagi ilmunya yak...

Nung yakin, hasil kerja keras kita hari ini pasti akan menuai “hal terindah” suatu saat ini.

SEMANGAAAAATTTT!!!

MENULIS ITU INDAH… MENULIS ITU IBADAH!!! ^^v

“Menulis adalah menjadikan setiap aksara bermetamorfosa sebagai dzarrah kebaikan”

[Keisya Avicenna]

0 komentar: