Berangkat dari ekspansi dimensi dunia global dewasa ini, semakin menyiratkan tuntutan sirkulasi pola pikir ke arah progresif. Pengembangan system IT (Information and Technology) dalam konsep universal tidak lagi menjadi sebatas wacana ringan, namun diperlukan aksiologi yang secara metafisika menguraikan system berbasis informasional. Abad-21 yang menjadi akselerasi komunitas pergolakan berbagai aspek di dunia seperti ekonomi, sosial, politik, agama, dan tak terkecuali dalam segi ilmu pengetahuan, telah mampu menjadi head line dalam setiap aktifitas keseharian. Manusia yang berperan sebagai subjek diharapkan mampu berbuat lebih untuk setiap perkembangan dan eksistensi dunia pegetahuan, sehingga tidak salah membenarkan adanya sinkronitas teori-teori ilmuwan masa lampau dan para peneliti saat ini.
Menjadi sebuah pilot project pengetahuan tentu membutuhkan daya intelegensi yang cukup tinggi, dimana daya intelegensi itu lahir dalam diri manusia sendiri yang kini disebut spirit mobilisasi. Untuk bisa membangkitkan hal tersebut, beragam cara yang dapat digunakan. Salah satunya dengan latihan pengembangan intuisi yang kreatif yakni niat universal kreatif yang diekpresikan melalui Anda (Carol Adrienne, 2007) yang kedepannya, diharapkan mampu melahirkan ide-ide baru dan cemerlang untuk perkembangan dunia pengetahuan. Intuisi akan mampu mendorong motivasi berpikir dan alam pun membantu membangun karya tersebut. Atas dasar itu, konsep intuisi menjadi esensi dalam kiat motivasi diri. Sifat positif, rasa berterima kasih kepada orang-orang terbaik yang bekerja bersama kita dan menyadari pentingnya harga diri adalah alur yang harus ditempuh oleh motivator secara praktikal (Harvey, Successful Motivation in a Week).
Tidak ayal saat ini, manusia berlomba-lomba meningkatkan intuisi berpikir mereka untuk sebuah pengetahuan. Masa depan yang menjadi puncak logika dan cita-cita menaruh beribu harapan terbesar bagi pemiliknya, dan pemiliknya adalah para pelajar yang berjuang menuntut ilmu hanya demi sebuah paradigma pengetahuan. Terkhusus kepada Negara Indonesia sendiri yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, sebenarnya menjadi suatu aset berharga dalam pemenuhan kriteria Indonesia sebagai Negara Masa Depan. Namun, rendahnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) tetap menjadi problema nomor satu. Hal itu dikarenakan intuisi manusia Indonesia masih kurang dikembangkan dalam porsi pengetahuan khususnya berbaur dengan topik teknologi. Disamping itu, logika dan motivasi berpikir yang masih mengandalkan pola konvensioal sehingga untuk masa perkembangan pengetahuan saat ini kata “gaptek” masih menjadi warna yang corak bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Olehnya itu, adanya system yang signifikan seperti pengembangan intuisi manusia Indonesia secara kreatif dan bertahap mampu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan dunia pengetahuan. Sampelnya adalah pelajar Indonesia, dalam bidang akademik Olimpiade Fisika Dunia, para pelajar Indonesia mampu membuktikan keunggulan logika berpikir mereka lewat medali-medali emas dalam setiap ajang olimpiade, misalnya salah satu tim olimpiade Indonesia, Jonathan Mailoa mampu menorehkan sejarah emas dunia untuk kategori terbaik ‘The Absolution Winner’ untuk tes praktek dan teori. Itu semua adalah tidak lain dari pengembangan intuisi yang terus diasah dari menit ke menit dengan penuh harap dan cita untuk sebuah kata kemenangan. Mengapa ini tidak menjadi motivasi berpikir bagi mayoritas pelajar Indonesia ? Dapatkah Indonesia menjadi sebuah kebanggaan sebagai Negara Masa Depan ?. Tentunya hal itu kembali pada diri dan logika masing-masing personal. Semoga manusia Indonesia dan pelajar pada khususnya telah mampu memberikan arti dari keberadaan mereka saat ini, agar generasi intelektual dan bangsa berbasis informasional yang menjadi cita-cita bersama dapat segera diwujudkan. Insya Allah (*).
(Diambil dari berbagai sumber)
INDONESIA, NEGARA MASA DEPAN...DAN SEBUAH INTUISI
18 Juli 2009
Diposting oleh
KEISYA AVICENNA
di
Sabtu, Juli 18, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar