Celoteh Aksara [15]: “Titik. Tak Ada Koma Lagi!”

15 April 2011

Ungkapan ini tak kan pernah mati di dalam hati. Ketika nafsu kita menginginkan segala apa yang ada di dunia, kita akan mendapati rasa kecewa. Tatkala apa yang kita inginkan dan harapkan tiba-tiba sirna ditelan masa. Harapan ini sudah tidak ada di hati lagi, hingga rasa kecewa tak akan pernah menghinggapi relung jiwa.

Dunia ini semu, sesemu impian di dalam kalbu. Kesuksesan datang dari seberapa besar keikhlasan kita pada sesama. Bukan seberapa besar kita dapat untung di dunia.

Dalam menulis, tanda titik menandakan berakhirnya sebuah kalimat. Dan kali ini sudah cukup bagiku menyelesaikan kisah pertama, kedua, ketiga, keempat,... Titik. Tak ada koma lagi. Cerita ini selesai. Air yang keruh membutuhkan waktu untuk dijernihkan. Maka, jangan sampai terpancing lagi di air yang keruh. Selalu ada hikmah dibalik semua kejadian. Cukuplah kesalahan ini menjadi jalan untuk menghisab diri sendiri. Allah berfirman bahwa di balik kesulitan pasti akan ada kemudahan. Alhamdulillah, satu permasalahan selesai sudah dan semuanya mengandung hikmah. Akhirnya, aku sampaikan…Titik. Tak ada koma lagi.

Maka, para pecinta sejati menikmati kecintaannya bersama Allah Azza wa-Jalla, mereka adalah kalangan terpilih dari makhluk-Nya. Dan kepada Sang Penggenggam Jiwa…kuserahkan sepenuh hidupku pada-Mu, hingga syahid menjemput nyawaku…


[Keisya Avicenna, 15 April 2011. Sahabat sejati bukan benci tuk ditinggal pergi, tetapi bahagia di saat dia bahagia dan sedih di kala sahabat kita dirundung duka. "tuk sahabatku, berbahagialah…"]

0 komentar: