SINOPSIS
“Kehancuran dunia kian dekat, namun kematian sudah mengintai jauh lebih
dekat lagi!”
Bencana mengincar setiap nyawa. Iklim sempurna tak lagi bersinergi dengan
bumi. Banjir-banjir mulai berubah status menjadi permanen. Ratusan pulau
perlahan tenggelam ditelan luapan air laut. Puluhan juta manusia digiring paksa
oleh bencana untuk mengungsi. Terlampau menyeramkan saat menunggu detik-detik
mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan yang notabene sebagai penyimpan
90% cadangan air di bumi ini. Apakah dunia sudah mengetahui kengerian yang akan
terjadi setelahnya?
Puncak bencana akan terjadi ketika panasnya suhu bumi menyebabkan gas
metana beku terlepas dari kedalaman es dan laut, padahal ia memiliki kekuatan
efek rumah kaca 25 kali lebih hebat dari karbon dioksida.inilah ancaman utama
yang akan menghancurkan! Bencana Paleocene Eocene Thermal Maximum yang
terjadi 55 juta tahun yang lalu akan terulang kembali. Bencana apakah itu?
Itulah saat dimana seluruh permukaan bumi membeku tertutup lapisan es tebal dan
setelahnya hanya akan tersisa dua kata saja dari sejarah keberadaan manusia:
KEPUNAHAN MASAL.
Sekelompok ilmuwan terbaik dari seluruh dunia berkumpul untuk mencari
solusi dari semua kekacauan, di dalam sebuah lab rahasia mereka meneliti
nuklir, atmosfer dan es untuk menyelamatkan bumi dari cengkraman awal
kehancuran. Setelah 35 tahun melakukan penelitian,
Garuda Putih Laboratory akhirnya dapat menyelesaikan formula yang akan dibawa
dalam misi WAR (Warriors of Antartic). Lima ilmuwan terbaik dari
Indonesia, India, Iran, dan Amerika berangkat menuju atap tertinggi Kutub
Selatan, puncak Gunung Vinson Massif. Tujuan mereka satu, menyelamatkan umat
manusia dari kepunahan massal.
Selama
ekspedisi, badai es beberapa kali mengamuk, oksigen minim pada ketinggian, dan
suhu -45° C menyengat dengan dinginnya. Longsor es mengincar setiap saat,
tebing-tebing tinggi sulit untuk dilewati,hingga jurang curam menganga untuk
disebrangi. Namun, dari semua itu, ada hal lain yang jauh lebih mengancam
keselamatan tim WAR. Di belakang mereka, sebuah organisasi bawah tanah kliber
internasional yang terkenal kejam dan brutal menaiki Gunung Vinson Massif dari jalur
daki yang lain. Tujuan mereka satu, merampas formula dari tim WAR dan
menggunakannya untuk menguasai dunia demi satu pemerintahan,The New World
Order.
Petualangan
novel bergenre science-thriller fiction ini menyajikan tiga komponen
yang digarap dengan serius berupa “sisi keilmuan” yang dipadukan dengan
adegan-adegan “pemicu adrenalin” yang menyedot habis “rasa penasaran” pembaca
di setiap akhir babnya. Dan tentu saja disempurnakan dengan “romantika cinta”
yang dibingkai apik dalam konflik yang bertubi-tubi.The Lost Java lebih dari
sekedar novel Sci-Fi. Ceritanya dipersiapkan dengan matang. Jadilah alur dalam
buku ini penuh dengan jalinan yang syarat ketegangan, menyuguhkan kepuasan
tersendiri bagi para pemburu bacaan thriller.
Prolog
1 April,
Lima ilmuwan melakukan eksperimen di
puncak gunung tertinggi belahan bumi bagian selatan.Di benua paling berangin, paling kering, dan paling dingin. Antartika.
Aktivitas
mereka tidak mengundang
perhatian dari dunia
internasional.Alasan
penelitian untuk kemajuan ilmu
pengetahuan menjadi pembias yang sempurna,
menutupi tujuan utama keberadaan mereka disana,menjauhkan manusia
dari ancaman kepunahan masal.
Data-data
yang mereka kumpulkan,
menunjukkan bahwa es abadi di Antartika memendam kurang lebih 400 miliar ton methane
hydrates[2].
Gas
ini
terlepas sedikit demi sedikit ke atmosfer seiring banyaknya bongkahan es yang runtuh.
Jika naik ke permukaan dan tertumpuk di atmosfer, gas ini akan menciptakan
siklus yang mengerikan. Merusak stabilitas iklim, menarik suhu bumi ke tingkat
terpanas.kemudian
memicu kebakaran, menaikkan ketinggian air laut, menenggelamkan daratan, dan
tentu saja‒
menyebabkan kematian masal.
Lebih
parah lagi, naiknya suhu air laut
akibat perubahan iklim
akan mencairkan methane hydrates yang tersimpan di lantai dasar samudera
bumi.
Inilah
yang disebut sebagai bencana Paleocene-Eocene
Thermal Maximum[3].Bukti-bukti geologi menunjukkan sudah dua kali
planet bumi mengalaminya.Malapetaka
ini pernah terjadi kurang lebih 55,8 juta tahun lalu, dimulai pada batas antara
zaman Paleosen[4]
dan Eosen[5].
Pada suhu di bawah 2° C, gas metana akan terlepas di saat bekuan gas metana yang stabil mencair,
termasuk metana beku yang tersimpan di dasar laut. Gas ini memiliki efek rumah
kaca 25 kali lebih besar dari gas karbondioksida.Selanjutnya, level oksigen
akan mengalami penurunan drastis karena berkurangnya kemampuan air untuk
menyerap oksigen. Jika oksigen lenyap, maka bakteri baru akan mengambil alih
dan memproduksi gas hidrogen sulfida yang sangat mematikan bagi kehidupan di
laut dan bumi. Saat itulah lebih dari 94% spesies air akan mati, menjadi permulaan
yang disebut sebagai kematian masal.
Antartika
dikategorikan
sebagai gurun.Tempat ini
hanya mendapat sedikit hujan air dan salju, hal ini menjadi penyebab utama sulit
terbentuknya lapisan es baru untuk menambah jumlah es abadi yang menimbun
methane hydrates di sana.
Kelima ilmuwan melakukan eksperimen
menggunakan formula khususuntuk
memberikan reaksi fisika yang terjadi di dalam awan. Intensitas curah
hujan akan naik dengan signifikan ketika proses pembentukan es di dalam awan
berjalan efektif. Formula
itu tertanam dalam roket, di atas puncak Vinson Masif.
Nuklir,
itulah pemicu badai yang mereka pakai. Benda yang di-packing
sebesaran bola tenis ini tersusun sebanyak 20 buah dalam 4 tabung.Semua alat dan bahan percobaan
akan diluncurkan dari puncak Vinson Massif dengan roket jarak jauh ke arah
vertikal. Mereka telah mempersiapkan dengan baik. Badai siap diciptakan dari
puncak Antartika.
Timer
telah diaktifkan.
Keadaan
masih terkendali, setidaknya untuk saat ini. Mission 90% complete.
“Setelah merekayasa hujan buatan di sekitar daerah stratus[6],
kita picu terjadinya badai di puncak Vinson Massif untuk memperluas sebaran air
dan es,” ucap seorang ilmuwan wanita yang
menjadi pemimpin ekspedisi Vinson Massif.
“Setelah
itu,
serahkan sisanya pada alam, biarkan dinginnya kutub selatan membuat jutaan kubik hujan itu
menjadi es abadi baru,” sambung seorang
ilmuwan lain berkepala plontos dan berkaca mata tebal.
Kedua ucapan ilmuwan itu menjadi hipotesis awal
yang membawa mereka
berada di tempat sepi yang menyimpan banyak misteri. Tidak ada pemukiman
permanen, tidak ada peradaban manusia, dan tidak ada kehangatan sama sekali.
Timer
terus menghitung mundur waktu peluncuran. Kelima ilmuwan sudah turun menjauhi
puncak Vinson Massif. Hanya 48 jam waktu yang tersedia untuk menghindari badai
yang nanti akan diciptakan alat-alat mereka.
Namun,
tidak ada sesi negosiasi bagi apapun yang telah kering dituliskan pada
lembaran-lembaran penghimpun takdir.
Jadi!
Maka terjadilah.
Ketika
semua asa sudah tidak sabar untuk dijelma oleh kecerdasan isi kepala, ketika segala rencana telah disusun
dengan begitu sempurna, ketika
seluruh prosedur operasional telah dilewati dengan sangat teliti, ketika takdir berbicara untuk menentukan
akhir dari segalanya‒ BOOOM!
Benda
itu meledak terlalu cepat dari waktu yang telah diatur. Kepulan api yang
meraksasa di puncak Vinson Massif hilang seketika dihempaskan angin. Tertelan
suhu -24°C. Prahara yang tidak dikehendaki menghampiri tanpa bisa diprediksi.
Kerusakan
kecil pada roket nuklir menimbulkan malapetaka besar yang mampu menghadirkan
kehancuran besar.
Daerah
tempat benda itu ditanam hancur lebur dan mulai erupsi. Meluncur turun ke
bawah. Menggulung es yang dilewatinya menjadi longsor. Terus memperbesar diri. Siap melahap apa
pun yang berada di depannya.
Dahsyatnya
kekuatan ledakan merambat cepat, es permukaan di tiga ratus meter sebelum
puncak ikut bergetar kuat.
“Longsor besaaar!!! Lariii...!” pekik salah satu dari kelima ilmuwan. Tidak
ada waktu sekedar untuk memastikan kebenaran ucapan. Getaran di tempat pijakan
sudah menjadi pembuktian. Mereka berlari
tunggang-langgang,menjauhi puncak
Vinson Massif.
Mission
Failed.
Longsoran
es dengan rakus terus menggulung apa pun yang dilewatinya.Bergerak dengan kecepatan 140 km/jam.
Membuang
semua barang bawaan dan berlari secepat mungkin adalah syarat mutlak untuk bisa
menjauhi
kejaran es.Tidak
ada pilihan lebih baik untuk mengindar kecuali menjauh dari jalur longsor‒
dan berharap tidak ada longsor susulan.
Beribu kubik es semakin mendekat.
Rintangan menghadang.
Jurang
es menganga sangat lebar dan dalam di depan mereka. Tidak ada toleransi untuk
ciut nyali. Lakukan atau mati.
Satu
orang mundur mengambil ancang-ancang, kemudian berlari secepat mungkin dan
melompat sejauh ia bisa. Dua kepala
runcing ice axes[7]-nya mendarat di tebing jurang.Sepatu besi langsung menghujam lapisan
es, lalu dengan susah payahia menaiki
tebing. Setelahmencapai
permukaan,ia kembali
berlari,
menjauh dari jalur longsor.
Dua
orang lagi melakukan hal yang sama.
Mereka
berhasil.
Seorang ilmuwan wanita terpekur. Pikiran dan hatinya mengatakan ia memiliki fisik yang tidak sekuat teman-temannya, keberaniannya
tidak sebesar yang lain. Ia tidak yakin
bisa mencapai seberang dengan melompati jurang.
Tidak
tersedia waktu untuk berpikir
lama. Kematian terus bergerak mendekat, menyongsong deras dari arah belakangnya. Wanita itu berlari ke arah
kiri, berjudi dengan kejaran waktu untuk memutari jurang es.
Longsor
sudah sangat dekat.
Getaran
kuat merambat cepat, es tempat pijakan mulai retak. Dalam sekejap daerah di sanaterbelah. Wanita itu terperosok.
Dalam
hitungan detik, longsoran es menyapu dengan cepat.
Wanita itu terkubur.
Alam
memiliki hukum-hukum tersendiri yang tidak akan mampu ditantang manusia.
[ ]
Tiga orang ilmuwan selamat, sembilan belas jam kemudian tim
SAR berhasil mengevakuasi ilmuwan wanita yang terjebak dalam gua sedalam enam
meter di bawah lapisan es. Ia mengalami edema[8]
ringan, tangan kirinya mati hingga siku.Terkena frost bite[9].
Pencarian
terhadap satu ilmuwan lain dilakukan hingga 3x24 jam. Malang, tidak ada hasil yang didapatkan
kecuali keletihan. Buruknya cuaca semakin mempersulit kesulitan yang sudah
sangat menyulitkan. Melimpahnya muatan es yang dibawa longsoran memberikan
kemustahilan hidup pada apapun yang tertimbun olehnya.
Pencarian
dihentikan. Ilmuwan terakhir dinyatakan tewas.
Usaha
untuk meredam terlepasnya methane hydrates di Antartika selesai, tidak ada
hasil yang didapatkan. Pemanasan suhu bumi yang sangat parah hanya menunggu waktu jika tidak segera
dicegah. Terulangnya kembali bencana Paleocene-Eocene
Thermal Maximum mungkin dapat disetarakan dengan datangnnya kiamat kecil menuju kehancuran besar‒ kepunahan masal.
Apakah
ini cerita fiktif yang dikarang oleh para ilmuwan paranoid? Ataukah rekayasa media untuk menarik simpati
dunia? Sayangnya data dan fakta ilmiah tidak berbicara demikian. Tidak terbantahkan.
Siklus
kehancuran yang mematikan sudah dekat.
Dan,
mayoritas masyarakat
dunia tidak mengetahui
itu. [ ]
[1]Gunung tertinggi di
Antartika, 4.897 meter. Berada di Pegunungan Ellsworth. Pendakian
pertama dilakukan
oleh tim ekspedisi pimpinan Nicholas B. Clinchm pada 17 Desember 1966.
[2] Gas metana yang
terperangkap dalam struktur kristal air, membentuk solid berupa es.
[3] Perubahan ekstrim kondisi
permukaan bumi, pergeseran ekosistem, dan gangguan siklus gas rumah kaca.
Disebabkan suhu global naik sekitar 6° C selama sekitar 20.000 tahun atau
meningkat 0,0003° C per tahun.
[4] Masa yang berlangsung
antara 65,5 hingga 55,8 juta tahun yang lalu,dimulai setelah kepunahan
masal pada akhir periode Kapur yang menandai punahnya dinosaurus.
[5] Masa yang berlangsung antara 55,8 hingga 33,9 juta
tahun yang lalu. Dimulai dengan kemunculan mamalia modern pertama dan
diakhiri dengan
kepunahan masal yang dihubungkan dengan meteor besar yang ditemukan
di Siberia dan Chesapeake Bay.
[6] Lapisan awan tipis dekat
permukaan bumi. Terdapat pada ketinggian 3-5 ribu meter di daerah kutub, 5-13
ribu meter di daerah sedang, dan 6-18 ribu meter di daerah tropis.
[7] Kapak es, digunakan para
pendaki gunung salju untuk medan berupa tebing-tebing dengan kondisi beku.
Biasa digunakan untuk memanjat atau sebagai tongkat.
[9] Radang dingin, terjadi
kerusakan lokal terjadi pada kulit dan jaringan lain akibat dingin yang
ekstrim. Paling mungkin terjadi di bagian tubuh yang jauh dari jantung, seperti
jari-jemari.
1 komentar:
waahhh,kayaknya novelnya assik
baca prolognya aja udah deg-degan
makasih prolog novelnya :D
Posting Komentar