Bismillahirrahmanirrahiim…
Dengan menyebut asma-Mu, Ya
Rabb… Yang Maha Kasih juga Maha Sayang. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahlimpahkan kepada junjungan tertinggi Kekasih-Mu tercinta, Rasulullah
Saw.
Gempita syukur membahana di
kolong langit yang takkan mampu diterjemahkan dengan bahasa sastra tertinggi
negara mana pun. Ya, syukur yang tiada berbilang sudah sepantasnya selalu
seirama dengan detak jantung kita karena itu isyarat bahwa kita sangat
menikmati hidup dan menghargainya. Isyarat bahwa kita tidak ingin setiap
tarikan nafas kita tersia begitu saja. Ada kandungan makna, ada berjuta hikmah
yang bisa kita hadirkan dalam setiap lembar manuskrip kehidupan kita.
Ada
sebab, ada akibat!
Semua bermula dari impian
saya di penghujung 2009. Kala itu ada sebuah novel kado pernikahan mbak kost
saya (sekarang beliau tinggal di Jogja bersama suaminya) yang menarik hati ini
untuk mengambil dari rak buku di rumahnya (setting di Jogja). Beliau bilang, “Itu
kado pernikahan dari sahabatku yang juga penulisnya.” Judul yang cukup
menggelitik menjadi syarat utama diri ini membuat novel itu berpindah tangan
dan saya bawa pulang ke Solo. HITAM PUTIH PENANTIAN, judulnya.
“Tidak ada seorang pun yang
tahu di mana ujung dari hitam dan putih penantiannya. Maka, selalu berbaik
sangkalah pada-Nya, buat Dia selalu tersenyum karena kita.”
Kalimat yang selalu menyihir
saya sampai detik ini. Kalimat yang selalu menjadi pembuka buku DNA saya,
bahkan saya cantumkan di buku Diary Ramadhan 1433 H yang sekarang Alhamdulillah
sudah berada di tangan 200-an orang dari seluruh Indonesia dan Malaysia (ketika saya belum bertemu penulisnya). Novel
HPP-pun SUKSES membuat kristal bening berkali-kali menciptakan jejak di kulit
pipi. Sampai akhirnya, di sela diskusi yang asyik dengan saudari kembar saya
(Aisya Avicenna), di penghujung tahun 2009 itu, terikrar pula sebuah impian
bersama: “Suatu hari nanti semoga Allah Swt berkenan mengizinkan kita untuk
berjumpa dan menimba ilmu dari sang penari pena…”
Sampai suatu ketika, di hari
H jam J dan detik D (tengah Mei 2012) ada seseorang dengan akun FB bernama
“Gerry Kun Geia” nongol di daftar friend
list saya dan menunggu antrian untuk saya terima menjadi sahabat FB saya
(hehe). Karena saya tergolong orang yang selektif, saya baca dulu profilnya.
Penasaran! Karena namanya tergolong unik bin langka dan ternyata kita memiliki
banyak “mutual friend”. Sedikit syok
dan speechless di awal karena di timeline-nya ada beberapa status yang
mengkait-kaitkan dengan novel HITAM PUTIH PENANTIAN. Who is he??? Akhirnya
saya app saja dan rasa penasaran itu
belum menemukan ujungnya. Sampai kost, saya buka kembali novel HPP (belum saya
kembalikan ke mbak kost saya ^_^), kok profilnya sama ya? Akhirnya, saya message beliau dan terjalinlah
silaturahim itu. Komunikasi berlanjut, dan impian saya di penghujung 2009 pun
Allah Swt izinkan menjejak nyata pada tanggal 16 Juni 2012.
Terwujudlah impian no. 149!
Saya bertemu langsung dan silaturahim dengan Gerry Kun Geia di Jogja, sekaligus
sharing ilmu tentang kepenulisan yang benar-benar menjadikan diri saya
ARROGANT! Pasca membaca karya terbaru beliau yakni novel “THE LOST JAVA” saya
semakin dibuat beliau ARROGANT! Aaargh, dasar “Mr. Arrogant!” Hehe… Sepulang
dari Jogja, di kereta, saya mbatin “Saya harus menularkan virus Arrogant ini!
Saya tidak mau Arrogant sendiri…” Tiba-tiba.
***
“Faqih_Kartasura”
“Umar_Solo”
“Fafa_Sukoharjo”
“Mbak,
Ar-Royyan itu mana? Saya belum pernah ke UNS…”
“Nung,
meski aku nggak datang pesen novelnya satu ya!”
Sebelumnya saya menerima SMS
dari Kang Gerry yang mengabarkan kalau tanggal 6 beliau akan menginap di Solo
karena Sabtu pagi harus menghadiri walimahan sahabatnya. Wah, kesempatan emas
menyebarkan virus Arrogant nih! Batin saya. Hehe… Akhirnya, terkirimlah SMS
kepada teman-teman FLP Solo Raya, mendapat ACC dari bu ketua dan pak sekjend
lalu tercetuslah acara “BEDAH NOVEL THE
LOST JAVA dan BINCANG KEPENULISAN bersama KUN GEIA”, dan terbukalah
pendaftaran untuk mengikuti acara tersebut.
Panitia kecil pun terbentuk,
semuanya serba unik menurut saya. Dan saya sangat menikmati proses keunikan
yang terjadi di setiap detiknya. Ya Rabb, semoga amanah ini berakhir khusnul
khotimah…
***
Jum’at,
6 Juli 2012
Sekitar jam 10 pagi saya
menerima SMS, “Sy sdh di masjid Nurul
Huda UNS.” Toeeeng… Dasar vespa mania dan mbolanger, Kun Geia menempuh
perjalanan Jogja-Solo dengan naik vespa yang katanya selalu setia menemaninya
pergi kemana pun. Sekaligus sebagai
wujud pelampiasan rindunya pada vespa itu yang telah dia tinggalkan selama 10
hari untuk menaklukkan puncak Rinjani, keliling Lombok dan Bali beberapa waktu
silam…
Jam 12.45, saya sampai di
Ar-Royyan. Di sana sudah menunggu Mas Trims dan Wahab. Hihi. Rajin sekali
mereka! Persiapan tempat dan beberapa perkap yang dibutuhkan. Termasuk MMT yang
dibuat dalam waktu kurang dari kala
rotasi bumi. Hehe. Terima kasih, Umar! Mas Ranu pun saya daulat menjadi MC
sekaligus moderator dan pada akhirnya merangkap memberikan sambutan dari FLP
Solo Raya (mewakili Mbak Asri yang berhalangan hadir). Good job, Mas!
Pesan Kun Geia bagi para
peserta: “Menulislah, maka namamu akan jauh lebih abadi dari usiamu!”.
Beliau pun mulai memaparkan banyak hal, gaya penyampaian yang unik, ya… kita
sedang berkonspirasi bersama (bernafas bersama) untuk menciptakan sebuah “LABORATORIUM”. Dan tersulaplah aula
Ar-Royyan menjadi laboratorium kita bersama, para peserta menjadi praktikan dan
Kun Geia menjadi asisten praktikumnya. Yukz, praktikum pun dimulai…
Diawali dengan penyampaian
DASAR TEORI. Sekilas tentang kepenulisan fiksi. Apa saja yang tidak bisa
terlepas dari sebuah karya fiksi?
1. TOKOH
·
Seorang penulis harus mampu
menciptakan tokoh yang layak disukai oleh para pembaca. Bagaimana mencipta
tokoh?
a.
Tokoh yang dilihat dari
perbuatannya.
b.
Tokoh yang dilihat dari
motifnya.
c.
Tokoh yang dilihat dari masa
lalunya.
d.
Dari reputasi si tokoh.
·
Kun Geia pun memaparkan satu
per satu dilengkapi contoh. Awesome sangat dah! Tapi cerita-cerita di contoh
itu “hanya fiktif belaka”. Hehe. Dan ini membuat acara semakin menarik.
·
Kun Geia juga menyampaikan,
bahwa mood dalam menulis itu harus diciptakan. Jadi, mulai belajar untuk tidak
menunggu mood dulu baru kemudian action menulis!
·
Menjemput ide juga bukan
sesuatu hal yang sulit. Banyak cara sederhana yang bisa kita gunakan. Di sesi
ini sempat ada simulasi menjemput ide, yakni dengan menggabungkan dua kata
saja: kata sifat + kata benda.
2. KONFLIK
·
Kejutkanlah konflik!
·
Interogasi idemu sampai
benar-benar habis. Ah, kasihan si adik bayi dan obat nyamuk semprot itu… (hehe.
Contoh yang sangat ugal-ugalan!)
·
Belokkan cerita! Dan bisa
juga buat pembaca mengintepretasikan sendiri akhir dari cerita yang kita buat.
3. EMOSI
·
Ciptakan emosi pembaca yang
mampu terpelihara dari awal sampai akhir.
·
Apa yang penulis rasakan,
pembaca juga akan mampu merasakan. Menulislah dengan mengahadirkan “emosi”!
4. ALUR/ PLOT
·
Di sesi ini kita belajar
“menulis di alam bawah sadar”.
·
Para peserta diminta untuk
menyiapkan pena dan kertas. Ada waktu setengah menit untuk memikirkan apa yang
ingin kita tulis kemudian setelah 10 hitungan mundur dan mendapat aba-aba dari
Kun Geia, kita pun menulis cepat ala “kesetanan”. Haha…
·
Cepat, lebih cepat, dan
semakin cepat! Di saat kita menulis, Kun Geia sibuk mengompor-ngompori kita.
Ternyata kita hanya menulis dalam waktu 2 menit. Tapi 1 halaman penuh sudah
berhasil kita isi dengan rangkaian aksara. Pokoknya, MENULIS CEPAT saja!
Gunakan kecepatan tinggi, kecepatan paling maksimal yang bisa kita gunakan.
Yah, itulah metode unik dari sang penari pena. Nih,
ringkasannya:
1. Singkirkan
para juri, hakim, editor yang ada pada diri kita terlebih dahulu.
2. Menulis
dengan kecepatan tertinggi semaksimal mungkin yang kita bisa, bisa sambil
merem, bisa memutihkan aksara di layar laptop kita, atau bisa dengan cara unik
yang lain. Dengan cara ini dalam waktu singkat kita bisa belajar menulis
banyak! Belajar menulis menggunakan bawah sadar kita…
3.
Hadirkan para juri, hakim,
editor untuk merevisi tulisan kita tersebut. Uhuy… saya jadi ingat status di FB
Kun Geia: “Menulis tidak seberat dan seteliti merevisi. Menulis juga tidak
menghabiskan waktu se-lama merevisi. Menulis hanya sekali, namun merevisi harus
berkali-kali. Tapi, tidak ada tulisan hebat tanpa revisi yang hebat pula,
kecuali karena bakat. Jadi, tidak cukup hanya bermodalkan imajinasi, butuh
KETEKUNAN dan KERJA KERAS!”
Pada akhirnya, saya bisa
bernafas lega. Acara berlangsung sangat lancar dan saya yakin, teman-teman
peserta yang hadir menjadi tertular virus ARROGANT dan saya bisa tersenyum, “Bukan saya saja yang jadi arrogant setelah
belajar bersamamu, Kun Geia!”
Untuk para peserta yang
hadir, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya telah menghadirkan seorang
“manusia ajaib”, sahabat hebat saya yang sungguh luar biasa itu ke hadapan
teman-teman. Hehe. Saya ucapkan, selamat arrogant! Selamat menikmati dan
terbius dengan novel “THE LOST JAVA”
karena sungguh, novel ini tidak cocok dikonsumsi oleh penderita lemah jantung!
Selamat menjadi pembaca berkualitas!
SMS dari Kun Geia pagi ini:
“Saatnya
meninggalkan tanah Solo to the next
destination. Dan INGAT ini: Konspirasi KUN GEIA belum tuntas di tanah Solo
Raya! Ia akan kembali dengan AROGANSI dan PROVOKASI. Menantang siapapun yang
masih belum berkarya dengan tarian pena. Special
thanks to: FLP SOLO RAYA!”
[Keisya
Avicenna, lembar ke-7 bulan ke-7… Terima kasih, Mr. Arrogant! Terima kasih,
FLP! ^_^]
1 komentar:
kereeeeeeen :D keep hamasah! hehe
Posting Komentar