BOGOROMANTIC [6]: “Behind every successful man is a woman”

12 Januari 2013



by Norma Keisya Avicenna on Saturday, December 22, 2012 at 5:26am ·


Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?



Inilah film ketiga yang kami tonton semenjak kami membuka lembaran kehidupan baru di kota Bogor. Film yang paling menguras air mata, film yang paling membekas, dan film yang paling memperkaya jiwa : Habibie & Ainun.



20122012, penayangan perdana film ini dan langsung disambut dengan antusias oleh para penikmat film di Indonesia. Termasuk saya, yang mendapatkan surprise dari seseorang. Padahal rencana awal saya yang gantian nraktir nonton, eh kalah start! Beliau malah langsung beliin tiket dan ngajakin nonton malam harinya.



20122012, ada kisah tentang sepasang kekasih halal yang harus rela menerjang hujan untuk menjadi saksi sebuah visualisasi tentang perjalanan cinta sejati sepasang tokoh yang luar biasa dan sungguh menyentuh hati.



20122012, ada kisah tentang air mata yang perlahan namun menderas menciptakan jejak di kulit pipi…



20122012, ada kisah paling haru saat melihat adegan Habibie pulang dengan kaki yang lecet, karena harus pulang jalan kaki saat hujan salju (sepatunya bolong) dan Ainun yang tengah hamil tua membasuh kakinya dengan iair serta mengatakan kalau ingin pulang ke Indonesia. Habibie lalu berkata (kurang lebih begini cuplikannya, redaksionalnya agak lupa): "...Kita ini ibarat gerbong kereta yang memasuki terowongan yang panjang, gelap...tapi pasti ada ujungnya dan di sana akan kita temukan cahaya. Saya janji, akan membawamu ke cahaya itu..."



20122012, inilah masa yang sangat istimewa… saat sang kala bertutur tentang cinta, kerinduan, kasih sayang, saling mengisi juga berbagi.



20122012, “You are me, I am you…”



***

Habibie & Ainun adalah gambaran otentik mengenai wujud do’a setiap pasangan -yang diikat dalam ikatan suci pernikahan- untuk hadirnya keluarga harmonis yang dibalut kesetiaan. Habib Ali Almuhdar, guru mengaji Keluarga Besar Habibie, berkata, “Keluarga Habibie adalah keluarga sakinah mawaddah warohmah.” Artinya, keluarga itu senantiasa diliputi kasih sayang dan menjalankan perintah Allah sehingga selalu dilimpahi rahmat-Nya.



Habibie & Ainun, serta keluarga-keluarga lain seperti mereka, merekatkan ikatan keluarga di atas pondasi saling menyadari dan mengakui perbedaan masing-masing. Mereka bersatu menjadi dua belahan jiwa yang bersenyawa dalam satu tubuh di mana sang perempuan menutup ketidaksempurnaan emosi pria, sebaliknya kesenjangan nalar pada perempuan ditutup sang pria. Jika keadaan itu membawa keutuhan kepada keduanya, maka kebersamaan mereka adalah perkawinan sejati antardua sejiwa-sehati.



***

“Behind every successful man is a woman”

Pepatah inilah yang paling cocok untuk menggambarkan intisari pesan yang ingin disampaikan dalam film Habibie & Ainun.



Selain bercerita mengenai cinta mereka, film ini juga diwarnai dengan tiga hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dua pribadi yang telah manunggal dalam jiwa, roh, batin dan nurani sepanjang masa, sampai akhirat, yaitu: iptek, nasionalisme, dan kehidupan agamis.



Ainun, sebagai tokoh sentral sepanjang hidupnya telah sukses menjadi istri dan ibu yang baik. Tidak hanya itu, dukungan dan cintanya kepada Habibie diwujudkan dalam bentuk mendukung visi dan passion yang dimiliki suaminya untuk ikut aktif membangun negeri. Tanpa mengeluh dan protes, dirinya selalu sabar di dalam menemani dan mendukung suaminya kemanapun suaminya pergi. Dirinya adalah sosok yang rendah hati, selalu tersenyum, mandiri, penuh kasih sayang dan juga peduli. Tidak heran apabila dirinya merupakan inspirasi dan semangat yang tidak pernah padam bagi Habibie, bahkan ketika dirinya sudah tidak bersamanya lagi secara fisik di dunia.



Pasangan Habibie & Ainun disebut-sebut sebagai Romeo & Juliet masa kini. Saling setia hingga maut memisahkan–yang menjadi pesan utama kisah Romeo & Juliet–telah diintepretasikan oleh pasangan ini sebagai sikap saling mencintai, menyayangi, mendukung, memahami, memiliki dan kemanunggalan yang tidak pernah terhenti oleh batas ruang dan waktu. Sungguh merupakan bentuk nyata cinta yang mendatangkan inspirasi dan layak menjadi panutan semua orang.



“…Namun ketika itu, saya tidak mampu lagi menahan emosi dan kesedihan saya, karena bingung. Saya bingung karena janji yang saya pernah berikan kepada Ainun untuk selalu mendampinginya di manapun ia berada. Bagaimana kriteria berada “di bawah satu atap” dapat saya penuhi? Saya memanjatkan doa kepada Allah SWT dan memohon petunjukNya. Apakah saya segera ikut saja ke liang kubur? Bagaimana caranya? Dalam keadaan ketidakpastian, kebingungan dan sedih saya menangis….”



“Ainun, jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta. Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya di samping Ainun, di mana saja kami sedang berada sepanjang masa.”



Manunggal, pada akhirnya itulah kata yang tepat untuk menggambarkan secara utuh kehidupan bersama mereka selama 48 tahun 10 bulan, dan juga kebersamaan mereka kini hingga seterusnya meski sudah tidak satu alam dan dimensi.



***

Bismillah…

Inilah aku dan cita-cita keluarga kecilku:



“Merenda SAKINAH, MAWADDAH, WAROHMAH, dengan visi DAKWAH, membangun keluarga A.M.A.N.A.H di IPK (Istana Penuh Kebahagiaan)”

[TEPAT dan TERBAIK: 10-11-12]



HABIBIE & AINUN: Pelajaran berharga tentang persenyawaan spiritual

antara dua belahan jiwa…



Hm, [bercermin]

“Aku yang managerial dan engkau yang sungguh strategic!” [NS]



“Rabbana hablana milladunka zaujan thayyiban wayakuna shahiban lii fiiddini wal akhirah…”

(Ya Tuhan kami, berikanlah kami pasangan yang TERBAIK dari sisi-Mu, pasangan yang juga menjadi sahabat kami dalam urusan agama, dunia, dan akhirat…)

Aamiin Ya Rabb



[Keisya Avicenna, 22-12-12: Selamat Hari Ibu…]

0 komentar: