Maka nikmat Tuhanmu
yang manakah yang kamu dustakan?
Semua terjadi saat
Kun Fayakuun-Nya bekerja penuh energi cinta yang luar biasa!
Jadi
ceritanya, kemarin sore saya ada jadwal me-lari-kan diri bersama beberapa
sahabat hebat saya di Stadion Manahan Solo. Hehe. Persiapan fisik untuk
menghadapi hari-hari super dahsyat ke depan. Semangaaat!
Cukup
3 kali putaran di episode jogging sore kali ini dan itu sudah membuat
ngos-ngosan. Yang penting seru karena jogging sambil muroja’ah hadits dan tetap
elegan dengan kostum Nung yang dominan warna biru dan sporty banget. Hehe.
Plaaak!
Sekitar
jam 17.00 agenda jogging nan elegan pun usai dan kita berencana kulineran di
daerah belakang Manahan. Menyusuri aneka jajanan sebelah timur namun tidak ada
yang sreg di hati, akhirnya kami pun putar balik menyusuri arena kuliner
sebelah barat. Sipp! Ada dawet d’Keraton
dan Bakso Bakar Pak Mul. Duduk-duduk
sambil ngobrolin masa depan dan banyak hal. Ada sebuah kejadian tak terduga
yang kami alami. Tiba-tiba.
Pak
Mul, penjual bakso bakar itu bertanya kepada kami
Pak Mul :
“Mbak-mbak dari Sebelas Maret?”
Kami (kompak):
“Iya, Pak!”
Pak Mul:
“Gini mbak, kemarin saya sempat menemukan dompet yang jatuh. Saya buka isinya
ada kartu kayak gini, beberapa uang, kartu ATM, dan KTP.”
(Pak
Mul menyodorkan sebuah kartu yang ternyata kartu alumni UNS)
Pak Mul:
“Rumahnya Wonogiri, Mbak. Kalau saya mau balikin ke yang punya kejauhan.”
Nung:
“Saya dari Wonogiri, Pak. Tapi kalau Purwantoro itu sekitar 1 jam dari rumah
saya, soalnya rumah saya masih di wilayah kabupaten. Tapi coba saya tanyakan ke
teman saya dulu, Pak.”
(Nung
pun SMS Esty –temen Bio’06- yang rumahnya Purwantoro. Nyebutin alamat dan
namanya. Alhamdulillaah, Esty kenal dengan adik yang punya dompet itu, tetangga
desanya.)
Nung:
“Pak, teman saya kenal.”
Pak Mul:
“Nanti suruh dia ngambil ke sini aja ya, Mbak. Saya biasa mangkal di pintu
belakang Manahan.”
Nung:
“Boleh minta no. hape Bapak? Nanti saya berikan ke teman saya biar disampaikan
ke yang punya dompet itu.”
(Pak
Mul pun menyebutkan no. hapenya)
(Esty
pun cerita kalau anak yang kehilangan dompet itu sudah yatim, dan dia masih
punya 10 saudara yang masih sekolah…*terharu)
(Kami
pun kembali asyik menikmati es dawet dan bakso bakar Pak Mul)
Selesai
menikmati kebersamaan kita yang penuh cinta sambil menyaksikan pesona jingga
saat langit merona merah saga, kita pun berpamitan dengan Pak Mul. Dan beliau
mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada kami. Nung pun melihat sirat
kebahagiaan yang luar biasa yang terpancar dari wajah letihnya. Bersamaan
dengan kepergian kami, Pak Mul pun mulai berkemas memberesi barang dagangannya.
Semoga usahanya lancar dan laris manis ya, Pak!
Salah
seorang sahabat saya berkata (saat kita ngambil motor di parkiran): “Skenario Allah memang luar biasa, ya!
Allah Swt tadi bikin kita bingung mau kulineran di mana pas ke timur. Dan Allah
Swt menuntun hati kita untuk kulineran di barat dan kerennya kita bisa bertemu
Pak Mul…”
Subhanallah…
“Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." [Al-Baqarah :
185]
[Keisya Avicenna,
111012…#taklamalagi!
J]
0 komentar:
Posting Komentar